Rabu, 27 Mei 2015

Terimakasih Aceh, Telah Mengajarkan Kami Menjadi Manusia

Apa kabar Aceh dan warga Rohingnya yang ada disana? Kami berharap semua dalam keadaan baik dan selalu dalam lindungan-NYA,

Maafkan kami,
Aceh dan Warga Rohingnya. Saat ini Kami sedang larut dalam euphoria Hari Kebangkitan Nasional, kami juga sedang menanti-nanti perkembangan pencarian "eri" mahasiswa yang jatuh dikawah merapi, juga sedang kesal menunggu sidang penentuan hukuman sepasang suami istri yang melakukan penelantaran kepada empat anaknya dan sangat resah karena isu beras plastik yang masuk ke Indonesia. Ya, kami larut akan itu semua, sampai kami lupa kedatangan tamu, tamu yang tidak lain saudara kami sendiri Warga Etnis Rohingnya, tamu yang seharusnya disambut dengan senyum dan jamuan yang terbaik.

Maafkan kami, yang masih terlalu egois memikirkan diri kami sendiri, yang masih terlalu sibuk atas urusan kami masing-masing, tanpa mau tau apa yang terjadi dengan warga dunia lainnya. Maafkan kami yang sejak pembantaian itu terjadi di tahun 1960 tidak pernah serius dalam membantu, setengah hati! itu bahasa gampangnya.

Entah, sudah berapa ratus ribu jiwa melayang akibat dibakar hidup-hidup, di penggal secara sadis, di siksa dengan membabi buta, bahkan anak kecil yang tak berdosa harus menahan sakit akibat tangan-tangan mungilnya digilas roda motor untuk memperjuangkan hak mereka atas agama yang dianutnya, dan berapa banyak diantara mereka yang terpaksa kehilangan sanak keluarga, banyak ibu yang menjerit sakit karena melihat anak-anak mereka mati dengan lumuran darah atau luka bakar disekujur tubuh. Apa salah mereka sehingga kaum mayoritas begitu membenci keberadaannya? Tidaklah cukup mereka tak diakui sebagai warga negara? Mengapa malah menambah nestapa mereka dengan pembantaian dan pengusiran?

Kini ratusan warga rohingnya yang terpaksa "kabur" dari negara mereka di myanmar, memilih berlayar berhari-hari, berharap bantuan dari negara lain, berharap ketakutan mereka akan penyiksaan tak lagi berkepanjangan, berharap bantuan yang dapat membuat senyum mereka kembali mengembang, namun nyatanya tidak ada yang peduli, semua seperti tuli dan enggan untuk berbagi, sampai akhirnya warga Aceh 'membuka tangan', rela menjadi tempat singgah untuk sekedar melepas penat dan mengobati luka batin dan trauma berat akibat penyiksaan, Aceh dengan senang hati dan tak berhitung untung-rugi, menolong tanpa melihat siapa dan dari mana asal yang mereka tolong.

Atas nama kemanusiaan Aceh telah membuktikan sekaligus mengajarkan kita semua, Arti dari sebuah kata "Manusia"..Karena sejatinya manusia tak akan pernah tega membiarkan sesamanya terluka, apalagi sampai membiarkan mereka kelaparan padahal kita sendiri berlimpah makanan.

Terimakasih aceh, telah mewakili kami, kami yang masih egois pada kepentingan pribadi, kita satu negeri tapi simpati dan empati kami belum bisa seperti kalian. hanya Tuhan yang Maha Esa yang bisa membalas segala kebaikan dan pengorbanan, semoga Tuhan berkenan melimpahkan keberkahan di bumi "Serambi Mekkah".

Salam hormat kami, penduduk bumi Nusantara....Indonesia.

Opini : Nurlaila Suciana
Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar